Minggu, 22 Mei 2011

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel berencana melibatkan investor asing dalam penyelesaian proyek Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Untia. Pasalnya, pengucuran dana pembangunan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tersendat dan tidak mencukupi.

Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengatakan, saat ini pihaknya sudah menjajaki kemungkinan kerja sama dengan investor asal Malaysia dan Singapura.Rencananya, 1 Juli, mantan Bupati Gowa dua periode ini akan bertolak ke Negeri Jiran untuk menawarkan kerja sama pembangunan pelabuhan di Kecamatan Biringkanaya kepada pengusaha, termasuk Perdana Menteri Malaysia.

”Melanjutkan pembangunan PPN Untia sulit jika hanya mengharapkan dana APBN, yang hanya kucur Rp 9 miliar per tahunnya. Harus dicarikan solusi supaya proyek itu bisa selesai, di antaranya melibatkan pengusaha selaku pihak ketiga,” ujarnya seusai menjadi keynote speaker pada festival bahari yang diselenggarakan di Hotel Horison,kemarin.

Total anggaran yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek PPN mencapai Rp 360 miliar. Pelabuhan yang dibangun sejak 2006 tersebut ditargetkan rampung 2012. Hanya, hingga memasuki tahun ketujuh pengerjaannya, Pemerintah Pusat baru mengucurkan anggaran sekitar Rp 30 miliar.

Kementerian Kelautan dan Perikanan mengaku, Pemerintah Pusat kesulitan dana untuk penyelesaian proyek tersebut. Saat ini pelaksana proyek baru merampungkan pembangunan causeway pelabuhan sepanjang 460 meter dan terrestrial dermaga sepanjang 125 meter. Syahrul menuturkan,tidak sulit mengajak pengusaha bekerja sama di sektor industri perikanan.

Pemprov sisamenyiapkanmekanisme kerja sama agar saling menguntungkan. “Proyek ini bernilai ratusan miliar dan rawan korupsi,makanya sebelum dibuka secara luas, akan dikaji pola kerja samanya supaya tidak ada unsur KKN di dalamnya.” ”Nanti dikira ada link dengan kontraktor ataupun pengusaha yang hendak diajak kerja sama,”tandasnya.

Dia mengaku, banyak pengusaha yang sudah siap melanjutkan pembangunan PPN Untia. Hanya, dibutuhkan komitmen pengusaha untuk memasarkan dan menjalankan industri yang ada. ”Banyak pengusaha yang mau bangun pelabuhannya, tapi cara memasarkannya harus dicari tahu dulu.

Mengingat menyelesaikan proyek ini dibutuhkan sekitar Rp 300 miliar,”ungkapnya. Pengusaha yang diajak kerja sama diharapkan memiliki komitmen tinggi. Selain mempunyai modal,pengusaha tersebut harus memiliki daya tahan yang cukup. ”Pengusaha itu harus punya daya tahan karena dana yang dikeluarkannya pengembaliannya tidak dalam waktu cepat.

Di PPN Untia, tidak sekedar menyelesaikan bangunan fisik, tapi pengusaha harus pula mampu membangun industrinya mulai pabrik es,coldstorage, hingga pengalengan ikannya,” ungkapnya. Sementara itu, saat disinggung soal bentuk kerja sama pihak ketiga seperti apa, mantan Wakil Gubernur Sulsel ini menyatakan belum membicarakannya secara detail.

Tahun ini, PPN Untia kebagian dana APBN Rp 7 miliar. Dana tersebut merupakan dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pemerintah Pusat yang diperoleh melalui Kementerian dan Kelautan RI. Mantan Camat Bontonompo ini juga mengaku,salah satu bank nasional telah menyatakan kesiapannya membiayai proyek PPN Untia.

Sistemnya dengan pemberian kredit yang kemudian dicicil dengan jaminan pemerintah. Hanya, Syahrul enggan menyebutkan pihak bank yang menyatakan kesediaannya. Kepala Seksi Pengembangan Pesisir Dinas Perikanan dan Kelautan Sulsel Andi Chaeril mengungkapkan, pemanfaatan dana tersebut masih pada lanjutan pembangunan talud untuk mendukung pembangunan fasilitas pendaratan perahu nelayan di atas lahan seluas 300x200 meter tersebut.

“Kepastian besaran dana yang diperoleh sudah ada dari Kementerian, hanya belum bisa diketahui kapan dana itu akan kucur di Sulsel,” ujarnya, kemarin. Kendati sudah ada tambahan dana dari pusat,sampai saat ini dana tersebut belum mencukupi untuk penyelesaian pelabuhan Nusantara itu.

Itu karena setiap tahun dana yang kucur sangat terbatas dan sangat jauh dari kebutuhan perampungan PPPN Untia sebesar Rp 300 miliar. Sebelumnya,Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mempersilahkan Pemprov Sulsel untuk menggandeng pihak ketiga dalam penyelesaian PPN Untia. Menurutnya, jika berharap pada APBN, pelabuhan tersebut tidak akan rampung sesuai jadwal. Demikian catatan online Gunung Slamet yang berjudul Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel.

Rabu, 05 Januari 2011

Mendadak jadi buah bibir

IDwebhost.com Trend Hosting Indonesia -> KASIEM, 50, mendadak jadi buah bibir para penegak hukum. Sepak terjangnya berhasil menaklukkan jaksa dan mengelabui petugas LP Kelas II A Bojonegoro.

Hebatnya lagi, juragan pupuk ini sempat berlibur ke Bali seusai bertukar badan dengan Karni. Kepala Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas II A Bojonegoro Abdullah menuturkan, kasus ”joki napi” ini merupakan modus operandi baru.Selama 30 tahun terakhir kasus tukar badan napi dengan orang lain baru kali ini terjadi. ”Kami memang kecolongan,” ujarnya saat ditemui harian SINDO di ruang kerjanya kemarin. Menurut dia, berdasarkan pengakuan yang disampaikan Kasiem, proses penukaran itu memang telah dirancang dengan rapi.

Pada 24 Desember 2010 Kasiem sudah mendapat kabar dari seorang jaksa Kejari Bojonegoro. Jaksa tersebut memberi tahu bahwa Mahkamah Agung (MA) sudah memutuskan perkaranya. ”Jaksa itu bilang ke Kasiem bahwa kasusnya sudah mentok. Kasiem harus dieksekusi menjalani hukuman di penjara,”tutur Abdullah menirukan pengakuan Kasiem. Karena tidak ingin masuk penjara, Kasiem lantas melakukan berbagai upaya agar bisa lolos.Saat itulah Hasnomo, salah seorang pengacara kondang di Bojonegoro, mendatangi rumah Kasiem di Desa Kalianyar,Kecamatan Kapas.

Dia menawarkan ide yang boleh dibilang brilian, yakni menukar Kasiem dengan Karni. Untuk memuluskan ide ini Hasnomo meminta imbalan sebesar Rp20 juta.Kasiem yang sudah dalam kondisi bingung langsung menyetujui tawaran itu. Juragan pupuk ini bahkan menyanggupi Rp22 juta. Sebagai tanda kesepakatan, Kasiem menyerahkan uang tunai sebesar Rp12 juta kepada Hasnomo. Sementara sisanya sebesar Rp10 juta akan diserahkan ketika sudah lolos dari jeruji besi. Setelah ada kesepakatan itu, Hasnomo meminta bantuan kepada seorang penghubung yang disebut- sebut bernama Angga,warga Ngawi,untuk mencarikan pengganti Kasiem. Angga kemudian menawari Karni, warga Dusun Kalipang, Desa Leran,Kecamatan Kalitidu.

Menurut Abdullah, saat putusan MA turun pada 27 Desember 2010, Kasiem sudah dipanggil di Kantor Kejari Bojonegoro di Jalan Kartini Kota Bojonegoro. Saat itu jaksa penuntut umum (JPU) Tri Murwani yang menangani perkara Kasiem memeriksa berkas-berkas sebelum penyerahan ke LP. Sementara staf pelaksana lapangan Kejari Bojonegoro,Widodo Priyono, juga sudah ada di sana. Saat Kasiem dibawa dari Kejari Bojonegoro ke LP Kelas II A Bojonegoro di Jalan Diponegoro, JPU Tri Murwani tidak ikut menyertai Widodo Priyono. Namun, pengiriman Kasiem ke LP itu tidak menggunakan mobil tahanan.Kasiem mengendarai mobil pribadi silver.Mobil itu hanya ditumpangi dua orang.Widodo Priyono berada di depan sekaligus sopir, sedangkan Kasiem duduk di jok belakang.

Jarak tempuh antara Kejari dengan LP hanya sekitar tiga kilometer. Sampai di depan LP sekitar pukul 11.00 WIB mobil pribadi warna silver yang ditumpangi Kasiem dan Widodo Priyono berhenti. Saat itu Widodo Priyono meminta Kasiem tidak keluar dari mobil.Widodo yang kala itu mengenakan seragam lengkap keluar dan menghampiri sedan merah di seberang jalan. Suasana di Jalan Diponegoro saat itu cukup ramai sehingga aksi Widodo tidak menimbulkan kecurigaan. Di mobil sedan merah itu sudah ada Angga yang membawa Karni dan Suradi, adik Karni. Sementara Hasnomo ikut pula menyertai ke LP, tapi mengendarai mobil sendiri. Setelah ada pembicaraan sebentar,Widodo lantas membawa Karni alias Kasiem palsu masuk ke LP bersama Hasnomo. Setelah melalui pemeriksaan petugas jaga LP,Kasiem palsu ditemani Widodo masuk ke ruang registrasi.

Pemeriksaan berkas ini dilakukan Kasubsi Registrasi Atmari. Dia memeriksa berkas salinan putusan MA, berkas berita acara pelaksanaan putusan hakim atau disebut BA-8, dan identitas napi. Setelah pemeriksaan dinilai cukup, Kasiem palsu lalu dijebloskan ke ruang blok wanita. Setelah proses penyerahan Kasiem palsu itu selesai, Hasnomo keluar dari LP dan menghampiri Kasiem asli yang masih berada di mobil pribadi warna silver. Setelah ada pembicaraan,Kasiem asli lalu menyerahkan uang sisa imbalan sebesar Rp10 juta yang dijanjikan sebelumnya.

Setelah cukup,Hasnomo kembali ke mobilnya dan pergi meninggalkan lokasi. Tak berselang lama Widodo juga keluar dari LP.Dia langsung masuk ke mobil warna silver itu. Dia lantas membawa Kasiem asli ke arah selatan. Setelah dinilai aman,Kasiem asli diturunkan dari mobil. Di sana Kasiem sudah dijemput salah seorang kerabatnya. Saat itu Kasiem langsung pulang ke rumahnya di Desa Kalianyar. Untuk menghilangkan jejak, Kasiem berlibur ke Bali sekaligus menjenguk anaknya di sana.Lima hari setelah itu, tepat pada Jumat (31/12) siang, peran Kasiem palsu terbongkar.

Pada hari itu juga Kasiem yang baru tiba dari Bali langsung dijemput petugas Kejari Bojonegoro dan dijebloskan ke LP. Sementara Karni dilepas dan pulang ke rumahnya. Saat diwawancarai wartawan kemarin Kasiem cukup tertekan dengan kejadian itu. Dia mengakui memang ada pertukaran antara dia dengan Karni. ”Saya merasa tidak bersalah dan hanya menjadi korban.Saya hanya ingin tidak dipenjara sehingga mau menuruti tawaran pengacara itu,” ungkap perempuan yang mengenakan jilbab tersebut. Kasiem membenarkan telah memberi uang sebesar Rp22 juta kepada Hasnomo. Dia mengaku tidak tahu skenario yang dijalankan oleh Hasnomo dkk.”Saya pasrahkan semuanya kepada Hasnomo,” tuturnya.

Kasiem kini menempati ruang blok wanita di sisi barat kompleks LP Kelas II A Bojonegoro.Dia berada di ruang kamar nomor satu dari tiga kamar di blok wanita. Kasiem kini menghabiskan masa tuanya bersama 10 napi di blok khusus wanita itu.